Sabtu, 28 September 2019

TIDAK SEMUA KEBENARAN HARUS DIKETAHUI

Seorang pencari kebenaran, yang kebetulan suka sambal terasi, akhirnya membeli mikroskop paling canggih dan paling mahal yang bisa membesarkan objek hingga jutaan kali, untuk mengetahui kebenaran hal ihwal terasi. Maka ia cuil terasi yang biasa ia makan, dan astaghfirullah, terpampanglah di depan matanya wujud bakteri yang mukanya menyeramkan, ---bertanduk, berbulu, dan bergigi panjang dengan sisik seperti ular kadut. Mereka hidup, jumlahnya berjuta-juta. Sejak saat itu, ia tak mau lagi makan sambal terasi, ---bahkan membayangkannya saja sudah ngeri.

Karena sifat mahluk itu selalu dihinggapi rasa penasaran, apalagi bagi mahluk kritis pencari kebenaran, maka ia juga ingin tahu, ada apakah di balik kebenaran nasi? Ia akhirnya juga mencuil sebutir nasi, dan astaghfirullah lagiiii... ternyata dalam sebutir nasi tersimpan juga jutaan bakteri yang bentuknya klenyit-klenyit berlendir seperti belatung, ---mereka hidup dan ndilalah, waktu dilihat oleh sang pencari kebenaran itu, para bakteri kebetulan sedang pada ngising. Oheeek... dia langsung muntah. Sejak saat itu, ia tidak suka makan nasi.

Begitulah, akhirnya si pencari kebenaran mencuil semua makanan, termasuk air minum, termasuk juga cemilan kesukaannya: jengkol mentah. Hajinguk betul, karena semua makanan dan minuman yang ia lihat, dipenuhi mahluk hidup yang menjijikkan. Maka singkat cerita, ia tak mau lagi menyentuh makanan dan minuman. Ia stress dan hampir saja gila.

Si pencari kebenaran yang hampir gila itu, dan juga kelaparan, masih saja penasaran dengan kursi yang selaku ia duduki. Maka ia cuil sedikit serpihan kulit sandaran kursinya, hasyiuuuuu..... ternyata, mahluk-mahluk penghuni cuilan kursi itu jauh lebih menyeramkan, berwarna hitam legam dengan wajah bopeng-bopeng bulunya runcing-runcing dan bisa terbang! Anjrit. Ia menjadi sedemikian ketakutan. Semua benda di rumahnya, berubah menjadi teror. Ia akhirnya berteriak, berlari keluar rumah, ke arah jalan raya.

Nah, seperti halnya gaya para pengarang picisan, maka ditulislah endingnya, ada sebuah truk yang melaju kencang, dan langsung menabrak si pencari kebenaran (yang salahnya sendiri kok mendadak berlari ke tengah jalan).

Si pencari kebenaran akhirnya modar.
(Keterangan foto: sambal kacang kiriman dari Gunawan Tri Atmodjo, yang datang pagi ini, dikirim lewat pos. Saya curiga bahwa itu juga hadiah dari seorang "Hamba Allah" yang sering sekali mengirim paket berupa makanan, minuman, bahkan madu dan kurma serta daster. Siapa pun pemberinya, semoga dianugerahi kesehatan, keselamatan, dan rejeki yang makin melimpah. Amin.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar