Sabtu, 28 September 2019

SINGKONG DAN PISTOL

: Selamat Hari Tani Nasional

Dulu, para petani banyak menanam singkong. Kemudian datanglah para penyuluh pertanian dari pemerintah, yang mengajari ini dan itu, dan mengajari kecerdasan untuk memilih tanaman yang lebih produktif dan bernilai ekonomi tinggi. Ditunjang oleh pembangunan banyak irigasi, sehingga tanah--tanah menjadi subur.

Maka para petani kemudian memilih menanami tanahnya, dengan rupa-rupa tanaman. Selain padi, mereka juga tahu bahwa sawah ternyata bisa ditanami semangka, melon, bahkan jeruk dan jambu biji merah. Tentu saja, juga tomat, cabe, dan sawi. Mereka tidak lagi menanam singkong, yang masa tanamnya lebih lama (satu tahun) serta harganya sangat murah. Singkong sudah dianggap komoditas pertanian yang tidak menguntungkan.

Lalu dari mana singkong-singkong itu, kok masih tetap saja ada di pasar-pasar, dan harganya juga tetap murah? Karena singkong masih tetap dibutuhkan, dan orang-orang masih memakan singkong sebagai camilan, maka pemerintah mengimpor singkong dari negara-negara yang masih mau menanamnya. Darimana? Ya dari China. Sebab para petani di China mungkin tidak punya pilihan lain sehingga masih tetap mau menanam singkong di lahannya, meskipun harganya murah. Mungkin karena tanahnya kurang subur, atau mungkin karena para pekerja di sana bisa dibayar murah sehingga mau saja menjadi buruh di ladang-ladang singkong dengan bayaran murah.

Kemudian orang-orang kota, para pendemo, kaum intelektual yang merasa paling pintar, menjadikan singkong sebagai bahan untuk memojokkan pemerintah. Mereka bilang, "Pemerintah tidak becus mengelola pertanian. Ini negara agraris, tapi singkong saja harus impor!"

Pemerintah mungkin saja bisa memaksa para petani untuk kembali menanam singkong, supaya singkong tidak perlu lagi impor. Tapi sayangnya, para petani sudah terlanjur jadi cerdas dan berani mengatakan, "Bahkan jika kalian todongkan pistol untuk menyuruh kami menanam singkong, kami tidak peduli. Tanah kami lebih baik ditanami cabe, sebab harganya 70 kali lipat lebih mahal dari singkong. Kalau kami mau makan singkong, tinggal beli saja di pasar. Singkong dari China. Satu kilo cabe bisa kami tukar dengan 70 kilo singkong. Kalau mau ditembak, tembak saja. Emang gue peduli?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar